Rabu, 06 Maret 2013

pengujian mikrobiologi pada simplisia kunyit


BAB I
SIMPLISIA

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia terdiri dari simplsiia nabati, hewani dan mineral. nabati, hewani dan mineral.
1.      Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang di maksud eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.
2.      Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3.      Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaan simplisia harus memenuhi persyaratan minimal.



BAB II
PENGUJIAN SIMPLISIA
PENGUJIAN SIMPLISIA
Secara umum analisis obat tradisional jamu dikelompokkan menjadi 2 macam analisis, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif berfungsi untuk mengidentifikasi jenis dari suatu zat atau simplisia yang terdapat pada bahan bakunya, sedangkan analisis kuantitatif yaitu penetapan kadar atau kemurnian dari zat atau simplisia yang akan dianalisis. Pengujian secara kualitatif obat tradisional jamu biasanya digunakan untuk mengidentifikasi atau menganalisis jenis bahan baku dari suatu simplisia baik dari jenis tumbuhan maupun jenis hewan.
PENGUJIAN SIMPLISIA SECARA KULITATIF
Uji kualitatif adalah suatu pengujian yang bertujuan untuk mendeteksi bau, warna, bentuk, dan rasa dengan cara pengamatan.
1.      Pengujian secara organoleptis dan makroskopis.  
Uji organoleptik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahuikhususnya bau dan rasa simplisia yang diuji. Cara ini dilakukan untuk mecari morfologi ukuran dan warna simplisia. Contoh simplisia kunyit kepingan : ringan, rapuh, warna kuning jingga kecoklatan; bentuk hampir bundar sampai bulat panjang, kadang-kadang bercabang; lebar 0,5 cm sampai 3 cm, panjang 2 cm sampai 6 cm, tebal 1mm sampai 5mm; umumnya melengkung tidak beraturan, kadang-kadang terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar. Batas korteks dan silinder pusat kadang-kadang jelas. Berkas patahan : agak rata, berdebu, warna kuning jingga sampai coklat kemerahan.
2.      Uji mikroskopis.
Uji mikroskopis dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajad pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, membujua atau berupa serbuk. Pada uji mikroskopis dicari unsur-unsur anatomi yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik dari masing-masing simplisia. Untuk menyiapkan sayatan simplisia direbus atau direndam dalam air agar dapat membengkak kembali seperti pada saat masih segar. Untuk daun dan bunga direndam dalam air, bila perlu direndam dalam air hangat. Untuk akar, kulit batang, batang simplisia keras yang lain direndam dalam air panas, bila perlu dididihkan. Untuk simplisia nabati yang mengandung getah, setelah direndam dalam air, lalu direndam lagi dalam etanol sehingga cukup keras ntuk disayat. Simplisia disayat dengan pisau silet. Sayatan dapat berbentuk sayatan melintang atau mebujur sesuai dengan keperluan. Hasil sayatan dimasukkan kedalam kaca arloji yang berisi air. Untuk membersihkan sayatan, maka sayatan tersebut direndam dalam larutan kloral hidrat 70% selama kurang lebih 20 menit, setelah jernih, sayatan dicuci dengan air dan diberi warna. Pewarnaan dilakukan sesudah sayatan dicuci sayatan dimasukan kedalam larutan hijau iodium LP selama 1 menit, irisan kemudian dicuci dengan air beberapa kali sesudah itu dimasukkan kedalam larutan tawas karmen selama 5 m3nit sampai 10 menit dan dicuci dengan air. Irisan yang telah siap kemudian ditetesi air dan diperiksa dibawah mikroskop. Dinding sel yang berlignin berwarna biru atau biru kehijauan, sedangkan dinding sel yang terdiri dari selulosa berwarna merah. Pada irisan yang telah dijernihkan dengan kloral hidrat dapat pula ditambahkan beberapa tetes larutan Ploroglucin HCl, jaringan yang berlignin berwarna merah. Untuk uji simplisia yang berupa serbuk, simplisia serbuk tersebut diletakkan sedikit diatas kaca objek serbuk tersebut ditetesi dengan kloral hidrat, kemudian di fixasi dan dijaga jangan sampai kering. Kemudian diamati dibawah mikroskop.
3.      Uji Histokimia.
Uji histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zatkandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi yang spesifik zat-zat dalam kandungan itu akan memberikan warna yang spesifik pula. Langkah uji histokimia adalah sebagai berikut ini : simplisia dididihkan didalam larutan natrium klorida P atau natrium sulfat LP sampai simplisia cukup keras untuk disyat. Sayatan yang diperoleh diletakan diatas kaca onjek atau kaca arloji kemudian ditetesi dengan pereaksi yang cocok dan dilihat dibawah mikroskop. Jaringan atau sel yang mengandung zat-zat yang terdeteksi terlihat jelas dan dapat dibedakan dengan jaringan atau sel yang lain. Data tersebut digunakan untuk melengkapi data uji mikroskpis. Untuk uji histokimia serbuk adalah sebagai berikut : serbuk yang diperiksa diletakkan diatas kaca objek, kemudian ditetesi dengan pereaksi yang cocok. Sediaan kemudian dicuci seperti halnya pada sayatan simplisia. Beberapa kelompok zat yang kandungan yang penting dapat ditetesi dengan bantuan pereaksi yang menghasilkan warna.
4.      Identifikasi kandungan kimia.
Kandungan kimia zat nabati pada umumnya dapat dikelompokan sebagai berikut : minyak atsiri, karotenoid, steroid, triterpenoid, alkaloida, asam lemak, senyawa fenolik yang meliputi fenol-fenol, asam fenolat, fenil propanoid, flavonoid, antrakinon, antosian serta xanton, asam organik, glikosida, saponin, tannin, karbohidrat, dan lain sebagainya. Simplisia nabati yang diuji adalah simplisia tunggal yang berupa rajangan, serbuk, ekstrak, atau dalam bentuk sediaan. Mula-mula serbuk simplisia disari secara berturut-turut dengan larutan penyari yang berbeda-beda polaritasnya. Masing-masing pelarut secara selektif akan memisahkan kelompok kandungan kimia tersebut. Terhadap hasil penyarian tersebut kemudian dilakukan identifikasi dengan cara yang cocok. Simplisia nabati yang dijadikan serbuk dengan derajad halus 22 dan kadar air kurang dari atau sama dengan 10% atau seperti yang disebutkan dalam masing-masing monografi simplisia. Mula-mula disari dengan pelarut yang bersifat nonpolar, kemudian disari dengan pelarut yang kurang polar dan terakhir dengan pelarut polar. Penyarian dilakukan dengan penggojokan berkali-kali sehingga hasil penggojokan terakhir bila diuapkan tidak meninggalkan sisa, atau dengan alat soklet. Untuk cara penggojokan dianjurkan untuk melakukan perendaman awal dengan cairan penyari selama satu malam. Penggunaan alat soklet hanya dianjurkan untuk penyarian kandungan kimia yang telah diketahui stabil. Penggunaan eter sebagai cairan penyari tidak dianjurkan mengingat sifatnya yang mudah terbakar.
Pengujian mikroskopis dan makroskopis dilakukan untuk menentukan jenis simplisia.
Pengujian histokimia dan identifikasi kimia dilakukan untuk mengetahui kelompok utama zat aktifnya.
Dari pengujian tersebut diatas dapat diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik untuk masing-masing simplisia
PENGUJIAN SIMPLISIA SECARA KUANTITATIF
Uji kualitatif adalah suatu pengujian yang bertujuan untuk mendeteksi keberadaan suatu unsur dalam sampel, atau bisa dibilang mendeteksi senyawa/ unsur apa saja yang ada di suatu sampel.
1.      Penentuan kadar kandungan
Untuk mengetahui jumlah kandungan yang terdapat pada simplisia yang diuji atau pada produk jamu setengah jadi. Misalnya penentuan kadar tannin, alkaloida, minyak atsiri, glukosida, flavonoida.
2.      Penentuan kadar air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan panen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan kamir untuk berkembang biak.
3.      Uji toksisitas
Penelitian meliputi penyiapan bahan, penapisan fitokimia, penetapan parameter ekstrak dan pengujian sediaan uji subkronis dengan pemberian sediaan uji selama 90 hari berturut-turut selanjutnya diamati selama 30  untuk mengetahui hilangnya efek yang tidak diinginkan yang muncul karena pengaruh sediaan uji (recovery) dan melihat munculnya efek tertunda.

4.      Cara Identifikasi
a)      Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna merah darah.
b)      Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam sulfat 10N; terjadi warna coklat.
c)      Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna coklat.
d)      Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v; terjadi warna jingga.
e)      Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes amonia (25%) P; terjadi warna merah jingga.
f)       Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna coklat.
g)      Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan timbal (II) asetat P 5% b/v; terjadi warna merah jambu.
5.      Penetapan Kadar Abu
Penentuan kadar abu dilakukan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai diperoleh simplisia dan ekstrak baik yang berasal dari tanaman secara alami maupun konstaminan selama proses, seperti pisau yang digunakan telah berkarat. Jumlah kadar abu maksimal diperboleh terkait dengan pemurnian dan konstaminasi. Prinsip penentuan kadar abu ini yaitu sejumlah bahan dipanaskan pada temperature dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan mengusp sehingga unsur mineral dan anorganik yang tersisa.
a.       Kadar abu : tidak lebih dari 9%
b.      Kadar abu yang tidak larut dalam asam : tidak lebih dari 1,6%
c.       Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 15%
d.      Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 10%
e.       Bahan organik asing tidak lebih dari 2%


Bab III
Pembuatan simplisia
Penyortiran (segar)
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil.  Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan.
Pencucian
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera di-lakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau  PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.  Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi. Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan.
Penirisan/pengeringan
Setelah pencucian, bahan lang-sung ditiriskan di rak-rak pengering. Khusus untuk bahan rimpang pen-jemuran dilakukan  selama 4 - 6 hari. Selesai pengeringan dilakukan kem-bali penyortiran apabila bahan lang-sung digunakan dalam bentuk segar sesuai dengan permintaan.
Perajangan
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan.  Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain.  Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif  yang terkandung dalam bahan.  Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran  dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.
Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat terhambat.  Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu diperhati-kan.  Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan.  Pada umumnya suhu pengeringan  adalah antara 40 - 600C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%.  Demikian pula de-ngan waktu pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga.  Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan mengguna-kan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.
Penyortiran (kering).
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya.  Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.
Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-keringkan.  Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit pena-nganan, dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.
Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.


BAB IV
SEKILAS TENTANG KUNYIT

KUNYIT
 
CURCUMAE DOMESTICAE RHIZOMA
Nama lain                    : kunyit, kunir
Nama tanaman asal      : Curcumae domestica
Keluarga                      : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi  : minyak atsiri, zat warna kurkumin, pati, dammar
Penggunaan                 : karminativa, antidiare, kolagoga, skabisida
Pemerian                      : bau khas aromatic, agak pedas, lama-lama menjadi tebal
Bagian yang digunakan   : akar tinggal
Penyimpanan                 : dalam wadah tertutup baik
1. SEJARAH SINGKAT
Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.
2. URAIAN TANAMAN
2.1 Klasifikasi
Divisio         : Spermatophyta
Sub-diviso   : Angiospermae
Kelas           : Monocotyledoneae
Ordo           : Zingiberales
Famili         : Zungiberaceae
Genus         : Curcuma
Species       : Curcuma domestica Val.
2.2 Deskripsi
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.
2.3 Jenis Tanaman
Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C. Longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling terkenal dari jenis kunyit lainnya.
3. MANFAAT TANAMAN
Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia, sentra penanaman kunyit di Jawa Tengah, dengan produksi mencapai 12.323 kg/ha. Di India, Srilanka, Cina, Haiti, dan Jamaika dengan produksi mencapai > 15 ton/ha.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
a.       Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.
b.      Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah pada penanaman awal musim hujan.
c.       Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30 oC.
5.2. Media Tanam
a.       Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah.
b.      Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan organiktinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa.
5.3. Ketinggian Tempat
Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m dpl.

4 komentar:

  1. Waahh,, ternyata ini punyanya herni.. Mksih ya her ilmunya.. ;) Dataku yg dulu pada hilang alna laptopku hilang.. :'( Mksih skali lgi.. Lanjutkan.. *\^.^/*

    BalasHapus
  2. Nah, yg dimaksud pengujian secara mikrobiologisnya sendiri itu apa kak ?

    BalasHapus
  3. Your Affiliate Money Making Machine is waiting -

    Plus, earning money online using it is as easy as 1...2...3!

    Here's how it all works...

    STEP 1. Choose which affiliate products the system will push
    STEP 2. Add some PUSH button traffic (this LITERALLY takes 2 minutes)
    STEP 3. See how the system explode your list and up-sell your affiliate products for you!

    Are you ready???

    You can test-drive the system for yourself risk free...

    BalasHapus